Mesa Sinaga: Pentolan Band yang Menjadi Dewasa tanpa Bandnya

BD_REVIEW_MUSIC_[Mesa Sinaga; Pentolan Band yang Menjadi Dewasa tanpa Bandnya] 1

Saat menyimak lagu-lagu pada album First Chapter of Allordia milik Holy City Rollers yang dirilis 2008 silam, terdengar jelas perpaduan sensibilitas pop dengan arogansi ala garage rock. Tentu, arogansi atas nama rock & roll adalah sesuatu yang menarik untuk diperhatikan, namun harus diakui bahwa tidak semua orang cocok dengan pesona tersebut.

Mesa sinaga selaku frontman Holy City Rollers adalah contoh orang tidak klop bila jalan beriringan dengan arogansi. Sekumpulan materi pada album solo perdananya  ini bisa dijadikan bukti. Merupakan hal manis saat mendengar “By the Apple Tree” yang merupakan lagu pembuka pada The Beauty of It dan menyadari bahwa arogansi yang tadinya mengambil tempat kini telah disubstitusi dengan ketulusan bermusik.

BD_REVIEW_MUSIC_[Mesa Sinaga; Pentolan Band yang Menjadi Dewasa tanpa Bandnya] 2

Potongan lirik lagu pada “It’s Fine” bisa dijadikan perwakilan: “We Sing along and get along and all be fine.” Rock & roll dan gaya bernyanyi ala Alex Turner lengkap dengan logat Inggris masih dipertahankan oleh Mesa. Tak masalah sebetulnya, namun apa yang tak perlu adalah tetap menyisakan logat Inggris saat bernyanyi dengan bahasa Indonesia, seperti dapat didengar pada lagu “Kuingin”. Sayang, karena lirik lagu tersebut memamerkan sisi Mesa yang paling sensitif. Sementara itu, sisi rock & roll Mesa paling heavy ada pada lagu “Ruins of the People” yang seakan-akan adalah lagu Arctic Monkeys yang hilang dari sesi album Humbug.

Kehadiran musisi jazz legendaris tanah air Donny Suhendra sebagai gitaris dan bassist pada lima lagu semakin membuat album ini bertaji. Entah apa “it” yang dimaksud Mesa pada tajuk album The Beauty of It, namun “growing up” tidak melenceng jika didengar dari kematangan Mesa dalam menulis lagu seiring bertambahnya usia. (@ilhamrianp)

Leave a comment

Create a free website or blog at WordPress.com.

Up ↑